Lain-lain

 

Akhir Mandat Palestina dan Berdirinya Israel
Penulis : Ervan Hardoko | Selasa, 27 November 2012 | 06:33 WIB
Dibaca:
|
Share:
Akhir Mandat Palestina dan Berdirinya Israel Israel Ministry of Foreign Affairs David Ben Gurion membacakan deklarasi berdirinya Negara Israel di Tel Aviv 14 Mei 1948. Dalam deklarasi ini Israel tidak menyebutkan tapal batasnya dengan negara-negara Arab di sekitarnya.
KOMPAS.com — Aksi kekerasan yang terus terjadi di Palestina berujung pembentukan Komite Investigasi Anglo-Amerika pada 1946. Pembentukan komite ini diharapkan bisa menyelesaikan berbagai masalah, khususnya terkait imigrasi Yahudi ke Palestina.

Komite ini kemudian menyetujui rekomendasi AS terkait pemindahan segera 100.000 pengungsi Yahudi di Eropa ke Palestina. Komisi ini juga merekomendasikan tak ada negara Arab atau Yahudi di Palestina.

Namun, implementasi rekomendasi ini ternyata tak semudah yang dibayangkan. Bahkan, Presiden AS Harry S Truman membuat Partai Buruh Inggris berang karena dukungannya terhadap imigrasi 100.000 pengungsi Yahudi, tetapi menolak temuan komite lainnya. Kondisi inilah yang membuat Inggris mengumumkan niatnya menyerahkan Mandat Palestina ke tangan PBB.

Akibat niat Inggris ini, PBB membentuk Komite Khusus untuk Palestina (UNSCOP) pada 15 Mei 1947. UNSCOP yang terdiri dari 11 negara ini melakukan sidang dan kunjungan ke Palestina untuk melakukan investigasi. Pada 31 Agustus 1947, UNSCOP memaparkan laporannya.

Dalam salah satu bagian laporannya, UNSCOP merekomendasikan kepada Sidang Umum PBB sebuah skema pembagian wilayah Palestina dalam masa transisi selama dua tahun yang dimulai pada 1 September 1947.

Pembagian itu terdiri atas negara Arab merdeka (11.000 km persegi), negara Yahudi (15.000 km persegi). Sementara kota Jerusalem dan Betlehem akan berada di bawah kendali PBB.

Usulan ini tidak memuaskan kelompok Yahudi maupun Arab. Bangsa Yahudi kecewa karena kehilangan Jerusalem. Namun, kelompok Yahudi moderat menerima tawaran ini dan hanya kelompok-kelompok Yahudi radikal yang menolak. Sementara itu, kelompok Arab khawatir pembagian ini akan mengganggu hak-hak warga mayoritas Arab di Palestina.
Dalam pertemuan di Kairo, Mesir, pada November dan Desember 1947, Liga Arab mengeluarkan resolusi yang menyetujui solusi militer untuk mengakhiri masalah ini. Dalam kenyataannya, sejumlah negara Arab memiliki agenda tersendiri. Jordania ingin menguasai Tepi Barat, sementara Suriah menginginkan bagian utara Palestina, termasuk wilayah yang diperuntukkan bagi Yahudi dan Arab.

Berdirinya Israel

Lalu bagaimana dengan Inggris? Meski menerima usulan pembagian ini, Inggris enggan menerapkannya di lapangan karena jelas-jelas tidak diterima kedua pihak. Inggris juga enggan memerintah Palestina bersama PBB di masa transisi. Pada September 1947, Inggris mengumumkan kekuasaan mereka di Mandat Palestina akan berakhir pada 14 Mei 1948 tengah malam.

Sebagai respons pernyataan Inggris ini, Presiden AS Harry Truman mengajukan proposal baru yang membatalkan rencana pembagian Palestina. Dalam proposal itu, AS mengusulkan PBB langsung memerintah Palestina. Kekacauan tak terelakkan yang mengakibatkan korban jiwa berjatuhan di mana-mana. Hingga akhir Maret 1948, setidaknya 2.000 orang meninggal dunia dan 4.000 orang terluka.

Pada 14 Mei 1948, atau sehari sebelum Mandat Inggris di Palestina berakhir, Ketua Yishuv (Komunitas Yahudi di Palestina), David Ben Gurion, di hadapan 250 orang undangan di Museum Tel Aviv, mendeklarasikan berdirinya negara Israel.

Dalam deklarasi itu, Ben Gurion sama sekali tidak menyebutkan batas-batas negara Israel. Sejumlah catatan menyebut, para pendiri Israel sepakat tidak menyebutkan batas negara itu karena negara-negara Arab di sekitar Israel pasti tidak akan menyetujuinya.

Beberapa hari setelah deklarasi berdirinya negara Israel, sebanyak 700 orang Lebanon, 1.876 orang Suriah, 4.000 orang Irak, dan 2.800 orang Mesir menyerbu Palestina.
Sementara itu, sekitar 4.500 pasukan Transjordania  dipimpin 38 perwira Inggris yang mengundurkan diri dari kesatuannya menyerbu Jerusalem. Perang Arab-Israel pertama. (bersambung)
Baca juga:
1. Zionisme, Imigrasi, dan Negara Yahudi
2. Keruntuhan Ottoman dan Mandat Palestina
3. Konflik-konflik Awal di Mandat Palestina
4. Revolusi Arab dan Sejumlah Upaya Solusi
5. Holocaust dan Imigrasi Ilegal Bangsa Yahudi
6. Saat Inggris Menjadi Musuh Zionisme

 
Sumber :
BERBAGAI SUMBER
Editor :
Tri Wahono
 
 
Dua Rekor Baru Djohar Arifin Husin
22
Headline
Ketua umum PSSI, Djohar Arifin Husin - inilah.com
Oleh: Arie Nugroho
Bola - Senin, 26 November 2012 | 18:10 WIB
INILAH.COM, Jakarta - Ketua umum PSSI, Djohar Arifin Husin, memecahkan rekor dalam kurun waktu kurang dari satu setengah tahun. Sayang, bukan rekor yang patut dikenang.
Kegagalan demi kegagalan terus dituai oleh ketua umum yang terpilih lewat Kongres Luar Biasa PSSI di Solo, 9 Juli 2011 silam itu. Djohar, yang digadang-gadang bisa memperbaiki konflik yang mulai tumbuh di PSSI, justru membuatnya semakin parah.
Alih-alih rekonsiliasi, ketua umum asal Tanjung Pura, Sumatera Selatan itu justru membuat perpecahan kian jelas. Langkah pertama yang dilakukannya adalah menyapu bersih pengurus lama dan peninggalannya tanpa terkecuali, termasuk Timnas Indonesia yang sedang menanjak popularitas dan kualitasnya. Alfred Riedl dipecat sementara seluruh personel Badan Tim Nasional diganti.
Ia juga membabat habis pengelola liga dan produknya yang mulai mapan, Liga Super Indonesia dan diganti dengan Liga Primer Indonesia yang sarat kepentingan. Kian parah, liga baru ini tidak mampu menunjukkan kualitas yang setara dengan ISL, baik dari segi ekonomi, kualitas hiburan dan yang terpenting kualitas pemain.
Singkat cerita, penolakan demi penolakan akhirnya meruncing hingga muncul dualisme organisasi. Setelah mencabut pengakuannya terhadap kepengurusan Djohar, sejumlah klub mapan Indonesia yang menjadi supplier utama pemain Timnas menyalurkan dukungannya kepada kepengurusan baru yang lahir di bawah pimpinan La Nyalla Mattalitti dan menolak meminjamkan pemainnya untuk Timnas di bawah kendali Djohar.
Naas bagi Djohar, ia tidak mampu beradaptasi dengan masalah yang ditimbulkannya sendiri. IPL buatannya tidak mampu menjalankan fungsinya sebagai mesin produksi pemain-pemain kaliber Tim Nasional. Manajemen Timnas pun amburadul.
Dampaknya, hanya setahun lebih satu bulan setelah terpilih, Indonesia melorot hingga ke posisi terendah sepanjang sejarah PSSI berdiri, yakni peringkat ke-159 dunia. Tak berhenti sampai di situ, posisi Indonesia terus melorot hingga 170 pada bulan Oktober dan 165 pada bulan ini. Ini adalah rekor pertama yang dicetak Djohar.
Rekor berikutnya adalah hasil imbang 2-2 melawan Laos pada AFF Suzuki Cup 2012, Minggu (25/11/12). Sebelumnya, Indonesia selalu menang dengan selisih lebih dari satu gol setiap bertemu Laos di Piala AFF.
Selama ini, Djohar selalu berkilah bahwa buruknya performa Timnas Indonesia ini karena langkah pihak rivalnya yang menahan pemain-pemain dari Liga Super Indonesia (ISL) untuk bergabung ke Timnas. Benarkah?
Djohar sebenarnya punya dua kesempatan untuk menghindari masalah tersebut. Yang pertama adalah mendengarkan penolakan klub-klub ISL terhadap rencana pembentukan liga baru yang sarat kepentingan. Hal itu ditolaknya sehingga berbuah perlawanan.
Kedua, kubu La Nyalla telah memberikan kesempatan untuk menggunakan pemain-pemain dari klub ISL dengan syarat menyerahkan pengelolaan Timnas pada Joint Committee.
Joint Committee adalah badan yang dibentuk atas prakarsa FIFA dan AFC untuk mengambil alih penyelesaian konflik organisasi PSSI. Kedelapan personelnya adalah empat dari kubu Djohar dan empat lagi dari kubu La Nyalla. Dengan demikian, Timnas bisa dikelola bersama dengan semangat rekonsiliasi. Namun peluang ini dimentahkan pula oleh Djohar.
Sayang, arogansi ketua umum tidak disertai skil yang mumpuni di bidang manajemen. Tak jarang Timnas kesulitan mengumpulkan pemain akibat kalah berebut dengan klub-klub IPL, yang masih butuh jasa para pemainnya. Selama itu pula, tak ada ketegasan dari Djohar untuk memaksa klub melepaskan pemainnya demi kebutuhan Timnas. Ini berbeda dengan sikapnya saat berusaha menekan klub ISL agar meminjamkan pemainnya. Ia bahkan menghembuskan isu nasionalisme untuk memojokkan klub-klub tersebut.
Kendala dana juga kerap mengganggu pemusatan latihan tim, termasuk kesulitan mendapatkan lawan tanding yang terprogram. Hasilnya, kualitas Timnas pun menurun.
PSSI sudah mendapat waktu cukup lama untuk memperbaiki masalahnya, membentuk Timnas yang kuat serta kesempatan untuk memainkan pemain-pemain yang lebih berkualitas. Namun hingga kini, tak satupun yang tercapai. Masih layakkah Djohar menumpangkan kegagalannya di pundak orang lain?[yob]

Sumber : http://bola.inilah.com/read/detail/1930918/dua-rekor-baru-djohar-arifin-husin

 

Ini Curahan Hati Ajudan Abraham Samad saat Tinggalkan KPK

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Inspektur Satu (Iptu) Joyo Mulyo sudah kembali ke Polri setelah 4 tahun 9 bulan 20 hari lamanya bertugas di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mendampingi pimpinan lembaga yang kini dipimpin Abraham Samad.
Iptu Joyo Mulyo bertugas pertama kali di KPK pada 20 Februari 2008 dan mengakhiri tugasnya pada 20 November 2012. Ia kembali ke institusi Polri setelah sebelumnya melayangkan surat ke pimpinan KPK meminta untuk berkarir di kepolisian.
Kini sang ajudan Abraham Samad itu masih menunggu penempatan dari instusi kepolisian tempat pertama kali merintis sebagai aparat penegak hukum.
Ini kata-kata yang dirangkai Iptu Joyo Mulyo yang diterima wartawan lewat BlackBerry Messangger (BBM), Jumat (24/11/2012). Ia menuliskan rangkaian kata yang dikirim kepada teman-temannya saat terakhir dirinya meninggalkan KPK.
Assalamualaikum Wr. Wb.
Hari ini 20 November 2012 adalah hari terakhir saya bekerja di KPK, Februari 2008–20 November 2012, kurang lebih sudah 4 tahun 9 bulan 20 hari waktu yang saya jalani bersama rekan-rekan di KPK.
Saya mengucapkan terima kasih kepada pimpinan dan seluruh rekan kerja di KPK atas segala sesuatunya selama ini, terima kasih atas kesempatan, ilmu, pengetahuan, pengalaman, nasihat, pelajaran hidup, kebersamaan, dan persahabatan yang terjalin selama ini.
Saya benar-benar bersyukur pernah berada di antara rekan–rekan semua. Dan hal ini akan menjadi suatu kenangan berharga bagi saya.
Saya juga memohon maaf atas segala kesalahan yang saya lakukan kepada rekan-rekan semua, dari segi sikap, tutur kata, ataupun pemikiran saya, sengaja maupun tidak sengaja, yang tidak berkenan di hati rekan semuanya.
Semoga di lain kesempatan apabila kita bertemu, persahabatan dan kebersamaan yang terjalin selama ini dapat menjadi lebih baik lagi.
Sukses buat kita semua, sukses buat setiap pilihan yang kita ambil. Semoga kebahagian dan kebaikan selalu menyertai perjalanan hidup kita semuanya.
Dan semoga seiring bertambahnya waktu, semakin baik pula hal yang dapat kita berikan bagi diri sendiri dan bagi Bangsa Indonesia tercinta.
“Hidup ini adalah suatu pilihan, terkadang pilihan itu berat dan harus berpikir berulang kali untuk mengambil keputusan akan pilihan tersebut . Tapi apapun pilihan yang diambil, tidak ada pilihan yang salah."
"Salah dan benar itu adalah cara berpikir dan cara pandang kita akan keputusan yang kita ambil. Dan yang pasti jangan pernah ragu untuk membuat suatu pilihan karena pilihan tersebut adalah langkah awal baru untuk sesuatu yang lebih baik. Beranilah mengambil tantangan.”

Sumber  : http://id.berita.yahoo.com/ini-curahan-hati-ajudan-abraham-samad-saat-tinggalkan-171618731.html

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar